TUGAS RUMAH I
METODE SEISMIK
1.
Petroleum System
2.
Karakteristik Reservoir
3.
Gambaran Citra Batuan lapiasan
bawah Tanah
4.
Batuan Hidrokarbon
OLEH:
FADLI NAUVAL
1310442028
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
I.
Petroleum System (Sistem Minyak dan
Gas Bumi)
Gambar
(1): Petroleum system
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
Petroleum
System sendiri merupakan kumpulan-kumpulan komponen yang harus dimiliki untuk
memungkinkan terkumpul dan ber-akumulasinya suatu minyak bumi di suatu tempat.
Faktor faktor yang menjadi perhatian studi Petroleum System
adalah batuan sumber (source rocks), reservoir batuan, migrasi, timing,
perangkap (trap), batuan penyekat (sealing rock).
1.
Batuan
Sumber (Source Rock)
Source
rocks adalah endapan sedimen yang mengandung bahan-bahan organik yang dapat
menghasilan minyak dan gas bumi ketika endapan tersebut tertimbun dan
terpanaskan.
2.
Batuan Reservoir
Batuabn reservoir Adalah batuan yang
mampu menyimpan dan mengalirkan hidrokarbon. Dengan kata lain batuan tersebut
harus memiliki porositas dan permeabilitas.
Jenis reservoir umumnya batu pasir dan batuan karbonat dengan porositas 15-30% (baik porositas primer maupun sekunder) serta permeabilitas minimum sekitar 1 mD (mili Darcy) untuk gas dan 10 mD untuk minyak ringan (light oil).
Jenis reservoir umumnya batu pasir dan batuan karbonat dengan porositas 15-30% (baik porositas primer maupun sekunder) serta permeabilitas minimum sekitar 1 mD (mili Darcy) untuk gas dan 10 mD untuk minyak ringan (light oil).
3.
Trap (Jebakan)
Gambar
(2): Trap
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
Jebakan
yang dimaksud disini adalah sesuatu yang bisa menahan suatu Minyak dan Gas Bumi
supaya tetap di ruang reservoar dan tidak berpindah ketempat lain lagi. Suatu
trap harus terdiri dari batuan Reservoir sebagai tenpat penyimpan hidrokarbon.dan suatu set Seal agar sebagai
penutup agar tidak terjadi migrasi lagi. Proses migrasi dan pembentukan trap
tidak saling berhubungan dan terjadi di waktu yang berbeda. Waktu pembentukan
trap sangat penting karena jika trap terbentuk sebelum hidrokarbon bermigrasi
maka kemungkina akan ditemukanya akumulasi hidrokarbon didalam trap. Dan jika
sebaliknya maka kemungkinan hidrokarbon telah melewati trap tersebut.
4.
Seal
Seal adalah system batuan penyekat yang bersifat tidak permeable seperti batu lempeng /mudstone, anhydrite dan garam.
Seal adalah system batuan penyekat yang bersifat tidak permeable seperti batu lempeng /mudstone, anhydrite dan garam.
5.
Timing
Gambar
(3): Timing Pada Petroleum System
(sumber:
Basic Petroleum System, 2012)
Waktu pengisian minyak dan gas bumi pada sebuah perangkap merupakan hal yang sangat penting. Karena kita menginginkan agar perangkap tersebut terbentuk sebelum migrasi, jika tidak, maka hidrokarbon telah terlanjur lewat sebelum perangkap tersebut terbentuk.
6.
Migrasi
Migrasi
adalah proses trasportasi minyak dan gas dari batuan sumber menuju reservoir.
Proses migrasi berawal dari migrasi primer (primary migration), yakni
transportasi dari source rock ke reservoir secara langsung. Lalu diikuti oleh
migrasi sekunder (secondary migration), yakni migrasi dalam batuan reservoir
nya itu sendiri (dari reservoir bagian dalam ke reservoir bagian dangkal).
II. Karakteristik Reservoir
Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral,
sedangkan suatu mineral dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Komposisi kimia
dan jenis mineral yang menyusunnya akan menentukan jenis batuan yang terbentuk.
Batuan reservoir umumnya terdiri dari batuan sedimen, yang berupa batupasir dan
karbonat (sedimen klastik) serta batuan shale (sedimen non-klastik) atau
kadang-kadang vulkanik. Masing-masing batuan tersebut mempunyai komposisi kimia
yang berbeda, demikian juga dengan sifat fisiknya. Pada hakekatnya setiap
batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan
menyimpan dan menyalurkan minyak bumi. Berikut karakteristik daribatuan
reservoir.
Beberapa karakteristik reservoir:
1. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan
antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap
total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida
dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh karena didalam reservoir
terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi
air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana secara matematis
dapat ditulis :
Beberapa
faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :
a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.
2. Formulation
Volume Factor
Faktor volume formasi minyak didefinisikan sebagai volume dalam barrel
pada kondisi reservoir yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak
termasuk gas yang terlarut. Atau dengan kata lain perbandingan antara volume
minyak termasuk gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak
pada kondisi standard (14,7 psia, 60OF). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Istilah faktor penyusutan atau shrinkage factor sering digunakan sebagai
kebalikan dari harga faktor volume formasi minyak ( Bo).
3. Porositas
Dalam reservoir minyak, porositas
mengambarkan persentase dari total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh
suatu cairan atau gas. Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara volume total pori-pori batuan dengan volume total batuan per satuan
volume tertentu, yang jika dirumuskan :
Keterangan:
∅ = Porositas absolute (total), fraksi
(%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc
Porositas
batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1) Porositas absolut, adalah
perbandingan antara volume pori total terhadap volume batuan total yang
dinyatakan dalam persen, atau secara matematik dapat ditulis sesuai persamaan
sebagai berikut :
2)
Porositas
efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling berhubungan
terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan dalam persen.
Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Berdasarkan waktu dan cara
terjadinya, maka porositas dapat juga diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1)
Porositas
primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan dengan proses
pengendapan berlangsung.
2)
Porositas
sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir, susunan butir, sudut kemiringan dan
komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk pegangan dilapangan, ukuran porositas
dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :
Tabel (1): Ukuran Porositas dan Kualitas
Porositas (%)
|
Kualitas
|
0-5
|
Buruk sekali
|
5-10
|
Buruk
|
10-15
|
Sedang
|
15-20
|
Baik
|
Diatas 20
|
Sangat Baik
|
Besarnya porositas dapat dilakukan dengan berbgai cara;
1) Di
laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle : gas
digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut.
2) Dari log listrik, log sonic,
dan log radioaktif
3) Dari
log kecepatan pemboran
4) Dari pemeriksaan dan
perkiraan secara mikroskopis
5) Dari hilangnya inti pemboran
4. Gas to Oil Ratio
-
5. Akumulasi
Akumulasi hidrokarbon pada pada batuan dasar terjadi pada
kondisi yang spesifik, seperti yang telah dirangkum oleh P’an (1982). Hal itu
mengikuti karakteristik umumnya:
1)
Reservoir batuan dasar selalu
terbentuk pada tinggian (high) atau pengangkatan (uplift) pada
sebuah basin yang terjadi pada periode yang lama yang mengalami proses
pelapukan dan erosi awal di badalam air dan terlingkupi dengan sedimen laut
yang membentuk batuan penudung dan batuan induk dari reservoir.
2)
Reservoir batuan dasar selalau
terbentuk dibawah sebuah ketidakselarasan regional yang menjadi hal penting
pada proses migrasi minyak menuju reservoir.
3)
Semua lapisan batuan induk dari
reservoir batuan dasar berada di bawah batuan reservoir, itu mengindikasikan
migrasi pada suatu tempat secara lateral ke atas (laterally upward) atau
lateral ke bawah (laterally downward). Kemudian berkembang adanya proses
dilatansi pada batuan dasar dikarenakan oleh rekahan yang mengurangi tekanan
hidrostatis didalam rekahan dan itu menjadikan sebuah gradien tekanan yang baik
untuk migrasi kebawah (downward migration) (Mc Naughton, 1953).
4)
Kompaksi yang diferensial (differential
compaction) pada sedimen halus (argillaceous sediment) di atas pada
tinggian yang tertutupnya menyebabkan sebuah efek pencebakan yang penting
didalam pencebakan hidrokarbon.
5)
Gas tidak selalu ditemukan pada
reservoir batuan dasar terekahkan.
6)
Pada umumnya, ruang pori pada batuan
dasar terdiri atas rekahan dan sesar yang diakibatkan oleh tektonik (tectonic
fissure and fault), pelarutan didalam ruang rekahan (dissolved
interstice), dan gua (cavern). Areshev et al. (1992)
menambahkan rongga terekahkan sebagai elemen penting yang potensial pada
reservoir di Vietnam. Tipe dari pori itu adalah terdistribusi sangat tidak
simetris, dan itu menjadikan porositas dan permeabilitas adalah sangat heterogen
(highly heterogeneous).
7)
Jika diperhatikan pada bagian atas
dari reservoir batuan dasar, sebuah peningkatan derajat pelapukan akan
dijumpai, itu merupakan pertanda awal, pada sesuatu kasus, untuk sebuah
perubahan yang gradasional (gradational transition) pada batuan sedimen
yang melapisinya. Porositas dalam butiran (intergranular porosity) yang
sama pada batu pasir dapat dijumpai pada kasus ini.
8)
Reservoir batuan dasar
dikarakteristikkan dengan batuan reservoir yang tebal dan produksi dari sebuah
sumur mungkin berkisar dari nol sampai tinggi, tergantung dari tipe dan
distribusi pori. Bentuk kerucut dan menjari air sering hadir, tetapi dapat
terbentuk oleh pemasukan completion dan produksi dari bagian bawah.
9)
Cadangan dari reservoir batuan dasar
dapat sangat besar, tetapi itu disertai dengan ketidakpastian yang tinggi.
6. Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai
ukuran media berpori untuk meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media
berporinya tidak saling berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai
permeabilitas. Oleh karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan
porositas efektif.
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir
dalam batuan reservoir, permeabilitas dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1)
Permeabilitas
absolute (Kabs)
Yaitu kemampuan batuan untuk
melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir melalui media berpori tersebut
hanya satu fasa atau disaturasi 100% fluida, misalnya hanya minyak atau gas
saja.
2)
Permeabilitas
efektif (Keff)
Yaitu kemampuan batuan untuk
melewatkan fluida dimana fluida yang mengalir lebih dari satu fasa, misalnya
(minyak dan air), (air dan gas), (gas dan minyak) atau ketiga-tiganya. Harga
permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko, kg, kw, dimana masing-masing untuk
minyak, gas dan air.
3)
Permeabilitas
relative
Yaitu perbandingan antara
permeabilitas efektif pada kondisi saturasi tertentu terhadap permeabilitas
absolute.
Cara penentuan permeabilitas adalah
:
1)
Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas.
2)
Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.
3)
Dari kecepatan pemboran
4)
Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang (bottom-hole
pressure-decline).
Secara
perkiraan di lapangan dapat juga dilakukan pemberian semi kuantitatif
sebagai berikut:
- Ketat (tight), kurang dari 5 md
- Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md
- Baik (good) antara 10 sampai 100 md
- Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md
III.
Gambaran Citra Lapisan Batuan Bawah Tanah
1)
Nonconformity:
Hubungan antara 2 batuan stratigrafi,
yaitu antara batuan beku/metamorf dan batuan sedimen. Biasanya batuan
beku/metamorf berada dibawah atau sebagai basement dan batuan sediment berada
diatasnya.
Gambar
(4): Nonconformity
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
2) Angular Conformity:
Hubungan 2 satuan stratigrafi dan terjadi hubungan yang
menyudut
Gambar
(5): Angular Conformity
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
3) Disconformity:
Hubungan antara batuan sedimen
dengan batuan sedimen tetapi terdapat bidang erosi yang irreguler (kasar)
Gambar
(6): Disconformity
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
4) Paraconformity:
Hubungan 2 batuan yang sama
dimana bidang ketidak selarasan sejajar bidang perlapisan
Gambar
(7): Paraconformity
(sumber: Basic Petroleum System, 2012)
IV.
Batuan
Hidrokarbon
Source rock adalah batuan yang
membentuk minyak bumi dan gas alam. Source rock ini berperan seolah-olah sebagai
‘dapur’ penghasil hidrokarbon. Source rock terbentuk dari hasil pengendapan senyawa-
senyawa organic selama ratusan juta tahun. Secara sederhana, setiap kedalaman
100 meter di bawah permukaan bumi suhu akan meningkat 3°C. Ketika suhu lapisan bawah
permukaan berada antara 80-130°C akan mulai terbentuk minyak. Jika suhunya terus
meningkat berada di kisaran 130-180°C maka akan terbentuk gas. Perbedaan utama antara
minyak dan gas adalah struktur molekul dan fasenya. Minyak merupakan unsu rhidrokarbon
antara C5-C20 dan berada dalam wujud cair sedangkan gas terdiri dari unsure hidrokarbon
C1-C4 dan berfase gas.
DAFTAR PUSTAKA
Koesoemadinata, 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi,
Jilid 1 Edisi Kedua, ITB Bandung
Hasan, Muhammad Basri. 2011. http://basripetroleum.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-fluida-reservoir.
http://basripetroleum.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-batuan-reservoir
rapi dan lengkap sekali kak
ReplyDeletestarch adalah